KEBUMEN- Hujan yang mengguyur Kebumen beberapa hari terakhir berdampak banjir di dukuh Salak, desa Karangduwur kecamatan Petanahan. Banjir yang menggenangi pemukiman penduduk dukuh salak mencapai Kedalaman sekitar setengah meter. “Dengan kondisi banjir seperti sekarang, secara otomatis mengganggu ekonomi masyarakat,” Ungkap Nawir (60) warga dukuh Salak RT 01 RW 05 desa Karangduwur.Selasa, 29 Januari 2013
KEBUMEN- Hujan yang mengguyur Kebumen beberapa hari terakhir berdampak banjir di dukuh Salak, desa Karangduwur kecamatan Petanahan. Banjir yang menggenangi pemukiman penduduk dukuh salak mencapai Kedalaman sekitar setengah meter. “Dengan kondisi banjir seperti sekarang, secara otomatis mengganggu ekonomi masyarakat,” Ungkap Nawir (60) warga dukuh Salak RT 01 RW 05 desa Karangduwur.Senin, 28 Januari 2013
Minggu, 27 Januari 2013
AMBAL, Warga desa Entak kecamatan Ambal gelar Kirab Budaya dan Sangonan, Kamis (24/o1. Kirab budaya dan Sangonan digelar di pantai Pranji desa Entak kecamatan Ambal, selain untuk melestarikan budaya juga untuk memperingati maulid Nabi Muhammad SAW. Dalam kirab Budaya dan Sangonan “Bareng Cah Angon” terlihat sesajen berupa tumpeng yang diarak dengan dipikul, pasukan sapi serta kesenian tradisional, Ebleg atau Kuda Lumping.
Ketua panitia yang juga kaur pemerintahan desa Entak kecamatan Ambal, Rajemin (5o didampingi tokoh pemuda, Eko Nurshodik mengatakan Kirab budaya dan Sangonan digelar rutin setiap tahun sekali di bulan Maulud. “Masyarakat desa Entak lebih familir menyebutnya dengan Rolasan, karena kirab budaya dan Sangonan digelar setiap tanggal 12 di bulan Maulud,” ungkapnya.
Rajemin menmbahkan Kirab budaya dan sangonan “bareng cah angon” dimulai dari halaman rumah salah satu warga kemudian menuju pantai pranji. “Kirab budaya dan sangonan, dibarisan paling depan terdapat sesajen berupa tumpeng lengkap dengan berbagai macam lauk dan sayur yang merupakan hasil bumi atau pertanian warga yang dipikul 4 orang, kemudian pasukan sapi sejumlah dua ratusan ekor, pasukan Ebleg atau kuda lumping dan paling belakang pengunjung ataupun warga yang ingin menyaksikan kirab budaya dan Sangonan,” imbuhnya.
Rajemin menambahkan setelah arakan sampai di pantai kemudian sesajen di doakan oleh sesepuh atau kyai desa Entak supaya warga desa Entak terhindar dari segala penyakit atau bahaya. Kemudian setelah selesai dido’akan sesajen pun diperebutkan para pengunjung Kirab budaya. “Setelah selesai memakan sesajen kemudian pengunjung dihibur dengan pertunjukan Kuda Lumping, setelah itu gubuk yang menjadi simbol tempat istirahat para cah angon dirobohkan dan kemudian dibakar,” ungkap Rajemin.
“Dibakarnya gubuk tersebut merupakan simbol kalau semua penyakit atau bahaya yang mengancam warga desa Entak sudah hilang,” ungkapnya. “Menurut orang tua, zaman dulu warga memiliki tradisi angon sapi bersama sama dan membawa bekal. Namun sekarang warga yang memiliki sapi lebih memilih untuk mencari rumput dengan ngarit. Sehingga setiap tanggal 12 warga desa Entak selalu rutin gelar kirab budaya dan Sangonan bareng “Cah Angon”, “bebernya.
Rajemin menambahkan selain untuk melstarikan budaya atau tradisi warisan nenek moyang, digelarnya kirab budaya dan Sangonan juga untuk mengenalkan potensi wisata pantai Pranji kepada masyarakat. “Supaya kirab lebih meriah, Selain dihibur dengan pertunjukan kuda lumping pengunjung juga dimanjakan dengan hiburan orgen tunggal dan panjat pinang, serta masih disediakan beberapa hadiah, seperti Kambing, Televisi, Sepeda, DVD, jam dinding serta hadiah hiburan lain,” ungkapnya.
Langganan:
Komentar (Atom)










